Antara Manusia dan Syetan

ANTARA SETAN DAN MANUSIA

Ketahuilah wahai saudaraku –semoga Allah memberkahimu– bahwasannya Allah Ta’ala mencintai hamba yang menyelisihi musuh-Nya, ini merupakan puncak dari kecintaan kepada Rabb dan suatu keharusan yang ada padanya, barangsiapa menyembah Allah dengan menyelisihi syaithon maka ia telah mengambil bagian yang menguntungkan. Orang yang bahagia adalah orang yang menyelisihi perilaku syaithon dan orang yang sengsara adalah seorang yang mengikuti langkah-langkah mereka. Seorang mukmin sejati ia akan menghilangkan segala hal yang dapat mensejajarkannya dengan syaithon.

Di antara perkara-perkara yang merupakan sifat syaithon yaitu:

  1. Tergesa-gesa

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan melalui jalur Anas bin Malik, dia berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

التَّأَنِّيْ مِنَ اللهِ وَ الْعَجَالَةُ مِنَ الشَّيْطَان

“Berlahan-lahan serta bersikap waspada adalah dari Allah dan ketergesa-gesaan berasal dari syaithon” (HR. Abu Ya’la dan Baihaqi dengan sanad hasan)

Seorang yang bersikap tergesa-gesa terdapat pada dirinya bagian dari was-was syaitan, dia tidak berpikir lagi untuk meneliti dan tidak mempunyai pandangan ke depan terhadap dampak yang akan ditimbulkan, ini merupakan sebab yang dapat menjerumuskannya ke jurang kebinasaan. Ibnu Qoyyim pernah menuturkan: “Tergesa-gesa adalah suatu tuntutan untuk mendapatkan sesuatu sebelum tiba waktunya dan merupakan semangat yang membabi buta yang ada pada diri seseorang guna mendapatkan hasil sebelum datang saat yang tepat untuk mendapatkannya”.

Sifat yang tercela ini akan menjadikan seseorang bersikap meremehkan, tidak berpikir dengan jernih, serta bersikap egois terhadap dirinya sendiri, yang mana ini semua akan mematikan sifat kehati-hatian yang ada padanya, menghilangkan sifat adil serta mencampakkan sikap hikmah pada dirinya. Sehingga dengan ketergesa-gesaan tersebut seseorang akan memposisikan sesuatu tidak pada tempatnya, juga akan menimbulkan dampak buruk serta terhalang dari memperoleh kebaikan.

Perbuatan ini merupakan karib kerabat dari penyesalan, tidaklah seorang tergesa-gesa kecuali penyesalan yang akan ia dapatkan. Begitu juga tidak jauh beda dengan sifat ini yaitu sifat malas yang merupakan sahabat dekat dari kerugian dan kesia-siaan.

Berkata Abu Hatim: “Sikap ketergesa-gesaan merupakan perantara yang menjatuhkan seseorang kedalam penyesalan. Karena tidaklah seorang yang tergesa-gesa dalam satu hal kecuali usahanya akan berujung pada penyesalan serta akan diliputi kerugian karena kerugian selalu ada di dalam ketergesa-gesaan…. Hendaknya diperhatikan bahwa dalam ketergesa-gesaan tidak ada sedikitpun sifat terpuji selama-lamanya. Bahkan dikatakan: “Barangsiapa tergesa-gesa untuk memperoleh sesuatu sebelum tiba waktunya maka ia dihukum dengan tidak mendapatkan apa yang diinginkan tersebut”.

Di antara bentuk ketergesa-gesaan dalam bertindak yaitu: berkata sebelum mengilmuinya dengan benar, berfatwa tanpa memahami permasalahannya, mendapatkan pujian padahal belum beramal, dicela setelah dahulunya mendapatkan pujian, berkeinginan kuat sebelum memikirkan kesudahan yang hendak ia terima dan lain sebagainya.

Abu Hatim melanjutkan ucapannya: “Merupakan kewajiban atas semua manusia yang berakal untuk selalu berlaku lemah lembut dan hati-hati di semua hal yang ia kerjakan serta bersegera meninggalkan sifat gegabah, Allah mencintai sifat lemah lembut dan membenci ketergesa-gesaan.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada salah seorang sahabatnya:

إِنَّ فِيْكَ لَخَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللهُ: الْحِلْمُ وَ اْلأَناَةُ

“Sungguh di dalam dirimu terdapat dua perangi yang dicintai Allah yaitu ‘Al-hilm’ (lemah lembut) dan ‘Al-anah’ (hati-hati, teguh pendirian serta menjauhi ketergesa-gesaan) (HR.Muslim)

Dalam sabdanya yang lain, beliau mengatakan:

التُّأَدَةُ فِيْ كُلِّ شَيْئٍ إِلاَّ فِيْ عَمَلِ اْلآخِرَةِ

“Waspada lagi pelan-pelan itu dalam segala hal kecuali dalam urusan akherat” (HR. Abu Daud dishohehkan oleh Al-Albani)

Wajib waspada dan berhati-hati dalam segala urusan kecuali dalam amalan akherat karena amalan akherat dicapai dengan berlomba-lomba dan bersegera untuk mendapatkannya.

Nah! Setelah kita mengetahui bahwasannya ketergesa-gesaan adalah dari syaiton maka sepantasnya kita segera meninggalkan sifat tercela ini karana telah jelas larangan manusia untuk mengikuti jejak-jejak musuh mereka yaitu syaithon dan memang manusia tidak sama dengan syaithon.

  1. Duduk di antara naungan dan sinar matahari

Inilah hal yang kebanyakan manusia tidak memahaminya, yaitu duduk di antara sinar matahari dan naungan yang tidak terkena sinar matahari. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwasannya:

نَهَى أَنْ يُجْلَسَ بَيْنَ الضَّحِّ وَ الظِّّلِّ وَ قَالَ: مَجْلِسُ الشَّيْطَانِ

“Rasulullah melarang untuk duduk di antara sinar matahari dan naungannya, lalu beliau bersabda: Itu merupakan tempat duduknya syaithon” (HR.Ahmad dengan sanad hasan)

Dalam hadits di atas jelas disebutkan tentang tidak diperbolehkannya seseorang duduk di tempat yang setengahnya terkena sinar matahari dan bagian yang lain berada di naungan suatu benda. Kalau memang hendak duduk hendaknya ia menyingkir dari tempat itu, ia masukkan semua tubuhnya dalam naungan atau sekalian seluruh tubuhnya berada di terik matahari, sehingga tidak melanggar dan tidak terjatuh dalam larangan Rasulullah ini.

Jadi, kita tidak boleh duduk di tempat duduknya syaithon karena memang kita tidak sama dengan mereka. Kita mahluk mulia dan mereka mahluk yang terhina, maukah kita disamakan dengan mereka? Tentu tidak!

  1. Makan dan minum

Di antara sifat yang hendaknya kita tinggalkan karena itu merupakan sifat khusus yang dimiliki syaitan adalah makan dan minum menggunakan tangan kiri. Dari sahabat Ibnu Umar, ia berkata, Rasulullah bersabda:

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِيْنِهِ وَ إِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِيْنِهِ, فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَ يَشْرَبُ بِشِمَالِهِ

“Apabila salah seorang di antara kalian makan hendaklah ia makan dengan menggunakan tangan kanannya dan apabila minum maka gunakanlah tangan kanannya. Karena sesungguhnya syaithon makan dengan menggunakan tangan kiri serta minum juga menggunakan tangn kirinya juga” (HR.Muslim)

  1. Mengambil dan memberi

Dalam satu hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah bersabda:

لِيَأْكُلْ أَحَدُكُمْ بِيَمِيْنِهِ وَ يَشْرَبْ بِيَمِيْنِهِ وَ لْيَأْخُذْ بِيَمِيْنِهِ وَ لْيُعْطِ بِيَمِيْنِهِ, فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأُكُلُ بِشِمَالِهِ وَ يَشْرَبُ بِشِمَالِهِ وَ يُعْطِيْ بِشِمَالِهِ وَ يَأْخُذْ بِشِمَالِهِ

“Hendaknya salah seorang di antara kalian makan dan minum dengan menggunakan tangan kanannya, mengambil dengan tangan kanan memberi pun dengan tangan kanan juga, karena syaitan makan dan minum dengan menggunakan tangan kiri, memberi dan mengambil juga menggunakan tangan kirinya” (HR.Ibnu Majah dan dinyatakan shohih oleh syaikh Al Albaniy)

Seorang yang makan, minum, memberi dan mengambil dengan tangan kiri bisa jadi dia adalah syaitan atau seorang yang tasyabbuh atau menyerupai syaitan, si musuh utama manusia. Dan telah maklum bahwa semua perbuatan syaitan adalah haram dan dilarang untuk dikerjakan manusia.

Maka barangsiapa yang makan dan minum dengan menggunakan tangan kiri, padahal ia tahu bahwa hal tersebut adalah dilarang, diapun tidak punya udzur (alasan) terhadap hal tersebut, tidak ada sebab yang menghalanginya untuk makan dengan mengunakan tangan kanan, berarti ia telah bermaksiat dan mendurhakai Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah maka ia berada di ambang pintu kehancuran.

  1. Berlaku angkuh dan sombong

Ketahuilah! –Semoga Allah senantiasa menjagamu dari keburukan syaitan– bahwasannya sifat sombong merupakan sifat utama yang dimiliki Iblis, syaitan, musuh terbesar manusia. Hal ini telah dinyatakan dalam firman Allah:

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لأَدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الكَافِرِينَ

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan menyombongkan diri.  Dan ia adalah termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. Al Baqarah: 34)

قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَايَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ

Allah berfirman: “Turunlah kamu dari surga karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina”. (QS. Al A’raf: 13)

Menyelisihi syaitan dalam sifat tercela ini yaitu dengan menanamkan dalam jiwa kita sifat tawadhu’ yaitu merendahkan diri. Tawadhu’ ini ada 2 macam:

Pertama: seorang hamba yang tawadhu’, merendahkan diri di hadapan perintah-perintah Allah dengan cara menjalankannya dan terhadap larangannya dengan cara menjauhinya.

Kedua: merendahkan dirinya di hadapan kebesaran dan kemuliaan Allah, tawadhu’ terhadap keperkasaan dan keagungan-Nya. Sehingga hal tersebut menyebabkan ia selalu ingat akan kebesaran dan keagungan Allah kapanpun dia merasa sombong dan takabbur.

Wallahu a’lam

https://abufarhanzaki.wordpress.com/

Tinggalkan komentar